Setelah sukses dengan anime Zenshuu, di musim Spring 2025 ini studio anime MAPPA kembali melanjutkan timeline produksi anime orisinalnya. Kali ini mereka mengeluarkan sebuah anime action berjudul Lazarus.
Lazarus sendiri cukup populer dan bisa bersaing dengan judul-judul besar seperti Aharen-san wa Hakarenai Season 2 atau Wind Breaker. Bagi kamu yang mencari referensi lebih lanjut tentang anime ini, kamu dapat menyimak artikel review berikut ini.
Table of Contents
Alur cerita dan tema

Lazarus memiliki plot dasar tentang sebuah dunia yang sedang mengalami kekacauan pasca seorang ilmuwan jenius bernama Dr. Skinner, yang telah lama menghilang, mengumumkan bahwa obat penyembuh ciptaannya (Hapuna) memiliki efek samping mematikan. Sang ilmuwan memberikan instruksi bahwa dalam kurun waktu 1 bulan sejak pengumumannya, akan terjadi kematian massal umat manusia, dan hanya dirinyalah yang memiliki akses terhadap penawarnya.
Cerita utama anime ini berfokus pada sebuah tim khusus bernama Lazarus, yang beranggotakan mantan narapidana dengan kemampuan spesial dan dibentuk untuk mencari keberadaan Dr. Skinner.
Secara plot dan konsep cerita, anime ini memang sangat menarik. Apalagi mengambil tema apocalypse yang banyak digemari remaja 17+ (sesuai dengan target penontonnya). Selain itu, anime ini juga memasukkan berbagai isu sosial dan permasalahan yang mungkin terjadi di masa depan.
Contohnya ada di episode 2 atau 3, di mana karakter utama (Axel Gilberto) mencoba menghubungi sahabat lamanya. Namun, dalam pertemuan tersebut, ia justru menemukan bahwa orang yang ia cari telah mengubah gender serta namanya. Di momen yang sama, juga diperlihatkan sisi lain kehidupan manusia, di mana karakter bernama Doug menemukan bahwa profesornya di masa kuliah justru menjadi gelandangan.
Meskipun secara dasar cerita bagus dan memuat isu sosial yang relevan, namun entah kenapa perkembangan ceritanya terasa hambar. Sampai episode 9, tidak ada adegan yang benar-benar menggugah emosi. Bahkan, jika dibandingkan dengan Shoushimin Series Season 2, cerita Shoushimin terasa lebih menegangkan—padahal tema yang diangkat jauh lebih ringan.
Karakter

Selain ceritanya yang menarik tapi terkesan hambar, karakter Lazarus tidak banyak meninggalkan kesan yang mendalam dalam setiap episodenya.
Apalagi untuk urusan ekspresi, karakter di anime ini benar-benar minim ekspresi. Bahkan di momen-momen yang seharusnya menegangkan atau penuh emosi, justru kehilangan daya pukau.
Di balik keterbatasan ekspresi tersebut, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa para karakter utama anime ini terlihat keren. Mulai dari Axel, si narapidana ahli parkour; Doug, si besar berkulit hitam; Christine, sang intelijen; hingga Eleina, salah satu hacker terhebat di dunia—semuanya punya ciri khas yang cukup mengagumkan secara desain dan fungsi dalam cerita.
Visual dan animasi

Untuk urusan tampilan visual dan animasi, sepertinya tidak ada yang meragukan kualitas Studio MAPPA. Studio ini benar-benar totalitas dalam memproduksi suatu anime.
Lazarus sendiri memiliki kualitas visual yang sangat bagus. Banyak reviewer luar maupun dalam negeri yang mengungkapkan hal serupa.
Berlatar tempat di masa depan yang penuh teknologi canggih, visualisasi anime ini terlihat sangat megah. Desain worldbuilding-nya benar-benar memukau.
Sebagai anime bergenre action, apalagi buatan MAPPA, koreografi dalam setiap pertarungan terlihat sangat bagus. Tidak ada scene CGI yang mengganggu dalam adegan pertarungan. Oh ya, anime ini juga menggandeng sutradara film aksi ternama, Chad Stahelski (sutradara John Wick), jadi jangan heran jika gerakan para karakter saat bertarung terlihat sangat realistis.
Hal unik dari tampilan visual anime ini juga terletak pada bagian transisi antar poin cerita, di mana ada satu atau dua frame yang menunjukkan tulisan atau koreografi bertuliskan Lazarus. Entah kenapa, elemen ini terasa agak mengganggu (mungkin muncul 2 kali di setiap episode).
Audio dan musik

Dalam hal audio dan musik, anime Lazarus sudah terbilang sangat bagus. Terutama bagian opening dan ending-nya yang terasa bernuansa noir, penuh dengan makna terpendam.
Opening anime ini tidak memiliki vokal penyanyi dan hanya terdiri dari instrumen, namun itu sudah sangat cukup untuk menggambarkan keseriusan makna cerita. Sedangkan bagian ending juga memiliki kesan serupa, namun dengan tambahan vokal dan latar visual yang mempertegas bahwa Lazarus memang punya kesan noir yang tajam.
Untuk bagian suara para karakter atau seiyuu versi Jepang, kurasa sudah dalam kondisi terbaik. Meski karakternya minim ekspresi, suasana dan momen anime tetap bisa tersalurkan cukup baik lewat gelombang nada dan intonasi para pengisi suaranya.
Kesimpulan

Anime Lazarus memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi sebuah mahakarya. Ia punya plot dasar cerita yang menarik dan populer, serta divisualisasikan dengan penuh semangat.
Namun seperti kata pepatah, “tidak ada yang sempurna di dunia”, Lazarus memiliki kekurangan yang cukup menonjol dalam hal ekspresi karakter dan pengaturan kecepatan ceritanya yang cenderung lambat.
Secara keseluruhan, anime Lazarus mendapatkan rating 7.6⭐ dari 10.
Bagaimana pendapatmu tentang anime Lazarus? Apakah kamu memiliki pandangan lain tentang anime ini? Tulis pendapatmu di kolom komentar di bawah, ya!
Sumber referensi: